a.vipermenu, a.vipermenu:link, a.vipermenu:visited {display:block; width:230px; height:25px; background:#444444; border:1px solid #222; margin-top:5px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial; font-size:16px; font-weight:normal;color:#FFFFFF; line-height:20px; overflow:hidden; float:left;} a.vipermenu:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #vipergoymenu {width:auto; margin:0 auto;}

Selasa, 13 November 2012

PENDIDIKAN DALAM RUMAH TANGGA


BAB I
PENDAHULUAN
            Pendidikan bukan hanya didapat di sekolah saja tetapi pendidikan dapat diperoleh dimana saja, termasuk di dalam rumah tangga. Dengan ungkapan lebih rinci, keluarga bahkan orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anak dalam berbagai tingkatan umur mereka, dari masa kanak-kanak hingga remaja, sampai beranjak dewasa, baik dalam mewujudkan masa depan mereka yang bahagia dan gemilang maupun masa depan yang sengsara dan menderita. Al Quran dan hadist, diperkuat oleh sejarah dan pengalaman-pengalaman sosial, menegaskan bahwa orang tua yang memelihara prinsip-prinsip kehidupan Islami dan menjaga anak-anak mereka dengan perhatian, pendidikan, pengawasan dan pengarahan lebih memungkinkan mereka memperoleh anak yang berhasil dan sukses.
            Bagaimana pendidikan dalam rumah tangga akan dibahas pada makalah ini, pendidikan dalam rumah tangga juga mempunyai prosedur pendidikan seperti pendidikan formal, tetapi pada pendidikan dalam rumah tangga mempunyai batasan. Pendidikan pada anak-anak dimulai dari pendidikan dalam rumah tangga, anak-anak diberikan dasar-dasar pendidikan yang nantinya dapat memudahkan lembaga formal seperti sekolah untuk memberikan pendidikan dan mendewasakan anak ke arah yang lebih baik lagi. Hingga tujuan pendidikan yang efektif dan efisien dapat tercapai. 






BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.[1]
Pendidikan islam adalah mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak ia lahir sampai meninggal dunia.
Pendidikan dapat diperoleh bukan hanya di lingkungan pendidikan formal saja. Karena lembaga sekolah hanyalah lembaga elevator. Pada hakikatnya pendidikan itu dimulai dari rumah tangga. Dan dibantu dengan pendidikan sekolah atau lingkungannya.
2.      Pendidikan dalam Rumah Tangga
Tatkala kita bercerita tentang metode pendidikan agama di sekolah, salah satu kesimpulan penting ialah bahwa kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah bukan terutama terletak pada metode pendidikan agama yang digunakan dan penguasaan bahan; kunci pendidikan agama di sekolah sebenarnya terletak pada pendidikan agama dalam rumah tangga.
Inti pendidikan agama dalam rumah tangga ialah hormat kepada Tuhan, orang tua, kepada guru, kalau di sekolah  hormat kepada guru inilah kuncinya. Bila agama Islam dan guru agama tidak dihormati maka metode pendidikan agama yang baikpun tidak akan ada artinya. Oleh karena itu, pendidikan agama dalam rumah tangga sebenarnya tidak boleh terpisah dari pendidikan agama di sekolah; mula-mula adalah pendidikan agama dalam rumah tangga sebagai pondasi, kemudian dilanjutkan di sekolah sebagai pengembangan rinciannya.

a.      Orang Tua (pendidik)
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.[2]
Setiap orang tua tentu menginginkannya anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkan itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman. Untuk mencapai tujuan itu, orang tua menjadi pendidik pertama dan utama, kaidah ini ditetapkan secara kodrati; artinya orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati posisi itu dalam keadaan bagaimanapun juga. Sehubungan dengan tugas san tanggung jawab itu, maka ada baiknya orang tua mengetahui sedikit mengenai apa dan bagaimana pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya.[3]
Tanggung jawab pendidikan islam yang menjadi beban orang tua adalah sebagai berikut:
1.      Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjwab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
2.      Melindungi dan menjamin kesamaan, jasmani maupun kerohanian, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.
3.      Memberi pengajaran dalam arti luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya
4.      Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.[4]
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya, oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang menjadi temannya dan yang mula-mula dipercayainya.

b.      Peserta didik
Yang menduduki posisi anak didik dalam rumah tangga tentulah si anak, sekalipun demikian, sebenarnya semua anggota keluarga adalah anak didik juga, tetapi dilihat dari segi pendidikan anak dalam rumah tangga, yang menjadi si terdidik adalah anak.
Dilihat dari ajaran islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Secara umum, inti tanggungjawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Tuhan memerintahkan agar setiap orang tua menjaga keluarganya dari siksa neraka.



Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka.( At Tahrim :6)
Jadi tanggung jawab itu pertama-tama adalah sebagai suatu kewajiban dari Allah ; kewajiban harus dilaksanakan.
Cinta kepada anak telah diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabatnya. Itu juga berarti pengajaran untuk segenap muslim.
            Seorang badui datang kepada nabi SAW dan bertanya, “ Apakah engkau menciumi putra-putri engkau? kami tidak pernah menciumi anak-anak kami.” Nabi berkata, “ apakah kamu tidak takut bila Allah mencabut kasih sayang dari hatimu?” (Al Bukhari). Berdasarkan kutipan itu jelaslah bahwa menurut islam, orang tua wajib mendidik anaknya. Al Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa telah datang kepada Aisyah seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil. Aisyah memberikan 3 potong kurma kepada wanita itu. Diberilah olehnya anak-anaknya masing-masing satu, dan yang satunya lagi untuknya. Kedua kurma itu dimakan anaknya sampai habis, lalu mereka menoleh ke arah ibunya. Sang ibu membelah kurma (bagiannya) menjadi dua, dan diberikannya masing-masing sebelah kepada kedua anaknya. Tiba-tiba nabi datang, lalu diberitahu oleh Aisyah tentang itu. Nabi SAW bersabda, “ Apakah yang mengherankanmu dari kejadian itu, sesungguhnya Allah telah mengasihinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya.”[5]
c.       Kurikulum
Kurikulum(bahan pendidikan) dalam pendidikan rumah tangga ada, tetapi tidak tegas seperti kurikulum pendidikan di sekolah, kurikulum itu dalam garis besarnya ialah kurikulum untuk mengembangkan jasmani dan keterampilan, kurikulum untuk pengembangan akal, dan kurikulum untuk pengembangan rohani anak. Kurikulum ini mengacu kepada teori tentang aspek-aspek kepribadian. Orang tua harus memperhatikan perkembangan jasmani anaknya. Ini menyangkut kesehatan dan kekuatan badan serta keterampilan otot, orang tua juga harus menanamkan dan membiasakan hidup sehat. Dapat dilakukan dengan memberi contoh hidup sehat seperti: makanan bergizi dan berkalori cukup, keteraturan makan dan minum, arti istirahat bagi kesehatan. Orang tua harus menanamkan sikap pada anak agar dia menghargai keterampilan serta kegunaanya dalam kehidupan. Orang tua juga harus memberikan pendidikan akal, agar anak memiliki akal yang cerdas serta pandai dilakukan dengan cara menyekolahkan anak ke lembaga yang paling baik untuk mengembangkan akal anak.
Membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya merupakan tugas dari sekolah adalah salah satu cara membantu pendidikan akal anak-anak. Yang terpenting dalam pendidikan akal adalah mendisiplinkan anak agar ia selalu mengerjakan PR dengan sungguh-sungguh.
d.      Kunci pendidikan dalam rumah tangga
Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegasnya pendidikan agama bagi anak, karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga:
ü   Penanaman nilai, dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya
Bila anak sudah memiliki basis nilai agama yang dibawa dari rumah, secara sederhana ia dapat memberikan nilai terhadap teori-teori yang diajarkan di sekolah. Di sini kita lihat bahwa pendidikan agama di rumah itu berfungsi menanamkan nilai pengetahuan pada anak, dengan kata lain ia telah mempunyai filsafat pengetahuan sekalipun dalam batas tertentu.
ü   Penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.
Pendidikan di sekolah tidak akan berhasil secara maksimal bila murid, tidak menghormati guru dan pengetahuannya. Kalau begitu tidak salah bila dikatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan pendidikan di sekolah adalah ada atau tidaknya penghargaan dari murid terhadap guru dan pengetahuan yang diajarkannya. Nah, untuk menanamkan sikap itu, sebenarnya pendidikan agama(Islam) –lah yang merupakan kunci utama. Pendidikan agama Islam itu dilakukan di rumah sebagai lembaga pertama dan utama.
e.       Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal. Itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu: jasmani, akal, dan rohani. Tujuan lain adalah membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan anak didiknya. yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan dalam rumah tangga adalah ayah dan ibu, si anak, serta semua orang yang merasa bertanggungjawab. Terhadap perkembangan anak itu, seperti kakek, nenek, paman, bibi dll.
Tujuan pendidikan anak di dalam keluarga adalah agar anak itu, menjadi anak yang shaleh. Anak yang shaleh itulah yang wajar dibanggakan. Tujuan lain adalah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak menjadi musuh orang tuanya, yang akan mencelakakan orang tuanya.
Anak yang shaleh dapat mengangkat nama baik orang tuanya. Anak adalah dekorasi keluarga. Anak yang shaleh tentu mendoakan orang tuanya, bila tidak mendoakan orang tuanya, keshalehannya itu telah cukup merupakan bukti amal baik orang tuanya. Pokoknya, setiap orang senang mempunyai anak yang shaleh. 

f.        Prinsip-prinsip pendidikan anak di rumah tangga
1.      Pendidikan agama
Pendidikan agama dan spiritual termasuk aspek-aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh pendidik terutama keluarga. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak memalui bimbingan agama.
Yaitu dengan cara:
-          Perintah mengawali mendidik anak dengan kalimat la ilaha illallah
-          Mengenalkan hukum halal haram
-          Menyuruh anak beribadah sejak berusia 7 tahun
-          Mendidik anak untuk mencintai Rasulullah, ahli bait dan membaca al Quran.
2.      Pendidikan akhlak
Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, yang baik menurut menurut akhlak adalah apa yang baik menurut ajaran agama, dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh ajaran agama.
Pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka tahu, tetapi maksud2nya mendidik akhlak dan jiwa mereka dengan menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuan utama pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.
3.      Pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek pendidikan yang penting yang tidak dapat lepas dari pendidikan yang lain. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu alat utama bagi pendidikan rohani. Pendidikan jasmani disini maksudnya adalah pendidikan yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani anak-anak.
4.      Pendidikan akal
Pendidikan akal tidak kalah pentingnya dari aspek pendidikan lain. Pendidikan agama merupakan pembentukan dasar, pendidikan jasmani sebagai persiapan, pendidikan moral untuk membentuk akal, sedangkan pendidikan akal untuk penyadaran dan pembudayaan. Yang dimaksud dengan pendidikan akal ini adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu pasti, ilmu alam, teknologi modern dan peradaban. Sehingga anak bias menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
5.      Pendidikan sosial
Yang dimaksudkan dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini, agar terbiasa melakukan tatakrama sosial yang utama, yang bersumber dari akidah islamiyyah yang abadi dan emosi keimanan yang dalam di dalam masyarakat. Pendidikan sosial merupakan salah satu aspek pendidikan anak dan merupakan aplikasi dari aspek-aspek pendidikan, karena pendidikan sosial merupakan fenomena tingkah laku yang dapat mendidik anak guna melakukan segala kewajiban sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain secara baik.[6]




















SIMPULAN

Orang tua sebagai guru pertama anak mempunyai peran yang amat penting dalam proses pendidikan anak. Pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Semua orang tua tentu menginginkan anak-anaknya berhasil dan memperoleh pengetahuan agama dan pengetahuan moral dengan baik. Orang tua yang menginginkan anaknya berhasil tentu merasa pendidikan yang diberikannya dalam rumah tangga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan rohani si anak. Maka orang tua yang bijak dan mempunyai keinginan yang besar untuk kemajuan si anak tentu akan menyekolahkan si anak pada lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan lain sebagainya.
Pendidikan dalam rumah tangga mengajarkan bagaimana tata cara beribadah sebagai landasan hidupnya. Pendidikan akhlak juga ditanamkan pada anak-anak, pendidikan ini bukan dengan memasukkan segala ilmu dalam otak anak. Tetapi pendidikan akhlak ini bertujuan menumbuhkan karakter anak yang berakhlakul karimah berlandaskan Al Quran dan Hadis. Yaitu mendidik anak dengan membiasakan kesopanan yang tinggi dan mengajarkan kejujuran dan keikhlasan pada anak. Selain itu pendidikan jasmani juga diajarkan pada si anak, yaitu bagaimana orang tua menjamin kesehatan si anak dengan memberikan makanan yang bergizi dan tentunya halal. Pendidikan akal juga diajarkan dalam rumah tangga, pendidikan akal adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu pasti, ilmu alam, teknologi modern dan peradaban. Sehingga anak bias menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Pendidikan sosial juga perlu ditanamkan pada si anak, dimaksudkan dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini, agar terbiasa melakukan tatakrama sosial yang utama, yang bersumber dari akidah islamiyyah yang abadi dan emosi keimanan yang dalam di dalam masyarakat.

































DAFTAR PUSTAKA


Daradjat, Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Ilyas, Asnelly. 1997. Mendambakan Anak Shaleh. Yogyakarta : Al Bayan

Syafaruddin, dkk. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Hijri Pustaka Utama.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya




[1] Syafaruddin, dkk. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Hijri Pustaka Utama. hal 28
[2] Daradjat, Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. hal 35
[3] Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal 155
[4]Ibid,( Daradjat, Zakiah) hal 38
[5]Ibid, ( Tafsir, Ahmad) hal 161
[6] Ilyas, Asnelly. 1997. Mendambakan Anak Shaleh. Yogyakarta : Al Bayan. hal 69-82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar